KARAWANG-TRIKUPDATE.CLIK | KONSEP kolaborasi Pentahelix yang digembar-gemborkan oleh Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karawang kembali menjadi sorotan tajam. Asep Agustian, seorang pengamat kebijakan pemerintahan yang juga dikenal sebagai Ketua DPC Peradi Karawang, secara lugas membongkar dugaan pelaksanaan proyek yang melanggar ketentuan dan mengkritik keras klaim kebersihan yang dilontarkan oleh Kepala Bidang (Kabid) SDA.
Kritik pedas kali ini ditujukan pada proyek pembangunan drainase di Jalan Puri Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur. Proyek yang menelan anggaran APBD Karawang sebesar kurang lebih Rp 1,4 miliar dan dikerjakan oleh CV Trisula Wijaya tersebut, menurut Asep Agustian, terindikasi kuat dikerjakan secara asal jadi dan menyalahi Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Menurut Askun—sapaan akrab Asep Agustian—pelaksana proyek diduga tetap melanjutkan pengerjaan, bahkan ketika lokasi proyek drainase tersebut masih dalam kondisi tergenang air. Hal ini jelas memengaruhi kualitas dan durasi pekerjaan.
Kritikan Askun lantas menyasar langsung kepada Kabid SDA, yang sebelumnya dikenal lantang menggaungkan konsep Pentahelix dan sempat mengklaim kepemimpinannya di bidang tersebut “insyaAllah bersih” melalui media massa.
“Coba tanyakan ke Kabid Pentahelix alias Kabid SDA karena yang pertama kali mengutarakan dengan lantangnya Pentahelix adalah dia. Yang saya tidak sukanya, dia mengklaim dalam sebuah media bahwa dalam kepemimpinannya, Bidang SDA insyaAllah bersih. Ya memang ‘bersih’ semuanya, ‘bersih’ segala-galanya,” ucap Askun dengan nada sarkas, mengkonotasikan kata ‘bersih’ bermakna lain.
Askun menambahkan, klaim kebersihan seharusnya tidak datang dari diri sendiri. Ia mengingatkan bahwa ucapan bisa menjadi senjata.
“Pada akhirnya dengan ucapan itu dia akan terbelit dengan peribahasa ‘ucapanmu adalah harimaumu,’ termakanlah dengan ucapannya sendiri,” timpalnya. “Kalau memang anda merasa bersih, jangan anda sendiri yang bercerita. Yang menilai bersih harusnya orang lain.”
Askun mempertanyakan fakta di lapangan, terutama terkait proyek drainase di Puri. “Faktual yang saya lihat proyek drainase di Puri, siapapun pelaksananya atau perusahaannya, dikerjakan dalam kondisi banjir. Lalu, keberadaan material pasir di proyek itu buat apa?” ujarnya, menyoroti indikasi ketidaksesuaian material dan metode kerja.
Kritikan Askun semakin tajam ketika ia membandingkan proyek drainase ini dengan proyek lain. Ia menyebut lambannya proyek sabuk pantai yang juga berada di bawah Bidang SDA dan terindikasi tidak selesai di akhir tahun 2025 dengan anggaran nyaris Rp 1 miliar.
Dengan adanya dua potret buram proyek infrastruktur—proyek sabuk pantai yang lamban dan proyek drainase Puri yang diduga asal jadi dengan total anggaran lebih dari Rp 2,4 miliar—Askun mempertanyakan eksistensi dan efektivitas konsep Pentahelix SDA PUPR Karawang yang selama ini diklaim.
“Yang kata dia dalam sebuah media ketika ditanya soal lingkaran setan lalu dijawab dengan Pentahelix, nah sekarang pada kemana ini unsur-unsur Pentahelix-nya? Dimana letak kolaborasi Pentahelix jika hasil pekerjaannya dipertanyakan?” tanya Askun.
Ketua DPC Peradi Karawang ini menegaskan tidak akan berhenti menyoroti persoalan ini, meski ia mengakui Kabid SDA mungkin lebih pintar dan hebat.
“Saya akan terus berkelanjutan mengkritisi apa yang dia sampaikan—klaim bersih dan soal Pentahelix. Saya tidak akan berhenti menyorotinya sampai kemanapun,” tegasnya.
Melihat faktual potret buram sejumlah proyek SDA PUPR Karawang yang ia beberkan, baik proyek sabuk pantai maupun proyek drainase di dekat pusat kota, Askun mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk segera melakukan penyelidikan.
Penyelidikan diperlukan untuk membuktikan sejauh mana konsep Pentahelix benar-benar dilaksanakan di lapangan dan setinggi apa tingkat kebersihan kinerja Kabid SDA.
“Harus bisa diungkap APH. Kalau proyek itu tidak benar, di mana letak tidak benarnya, dan jika proyek itu benar, di mana letak benarnya,” pinta Askun.
Ia bahkan memberikan peringatan keras kepada APH: “Kalau APH tidak selidiki, maka patut dipertanyakan ada hubungan apa antara APH dengan ‘Kabid Pentahelix’ ini.”
Askun menutup kritiknya dengan tantangan terbuka kepada pejabat yang bersangkutan: “Kabid Pentahelix alias Kabid SDA, pertanggungjawabkanlah ucapanmu! Sekali lagi saya tidak akan diam. Mata saya, telinga saya, kaki tangan saya, serta otak saya semuanya akan mencari sampai di manapun.”
Pewarta: eReSKa



