spot_img

Gedung Parlemen Jadi Studio Konten: Siapa yang Sebenarnya Mereka Wakili?

JAKARTA | TRIKUPDATE.CLIK – Aksi seorang anggota DPR yang terekam berjoget saat Sidang Tahunan MPR memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan. Tindakan ini dinilai tidak hanya mencoreng wibawa lembaga legislatif, tetapi juga memperlihatkan jurang yang kian dalam antara wakil rakyat dengan realitas kehidupan masyarakat.

H. Wahyu Wibisana, S.E., menilai kejadian ini sebagai bentuk ketidakpekaan moral dan etika politik di tengah kesulitan yang dialami rakyat. Menurutnya, saat masyarakat berjuang menghadapi harga kebutuhan pokok yang melambung, tingginya biaya hidup, dan sulitnya mencari pekerjaan di tengah badai PHK, seorang wakil rakyat justru menunjukkan sikap yang terkesan meremehkan.

Berita Lainnya  Haornas Karawang: Ajang Kumpul Warga Sekaligus Promosi Gaya Hidup Sehat

“Ketika rakyat sedang berteriak menuntut keadilan, buruh berjuang memperjuangkan haknya, dan jutaan masyarakat mencari pekerjaan, justru seorang wakil rakyat memperlihatkan sikap yang terkesan meremehkan situasi dengan berjoget di ruang sidang resmi,” tegas Wahyu. “Apalagi, saat dikritik, ia menjawab santai dengan menyebut dirinya sebagai artis dan konten kreator. Ini mencerminkan lemahnya rasa empati terhadap penderitaan rakyat.”

Menurut Wahyu, anggota legislatif memegang amanah konstitusi untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan mengejar popularitas atau sensasi. Ia menambahkan, fenomena anggota DPR yang merangkap menjadi selebritas atau kreator konten harus ditinjau secara kritis.

Berita Lainnya  Hadiri Pelantikan PASI Karawang, Anggota DPRD Jabar: Harap Jadi Motor Penggerak Perempuan

“Kita tidak menolak kreativitas, tapi harus ada batas tegas antara peran sebagai wakil rakyat dengan gaya hidup pribadi yang berorientasi popularitas,” katanya. “Jika batas ini kabur, dikhawatirkan DPR akan kehilangan wibawanya.”

Pernyataan santai seperti “kita DPR tapi kita artis, emang ada DPR yang nggak ngonten” menjadi cerminan pergeseran orientasi sebagian politisi. Masyarakat berharap wakil rakyat dapat memberikan solusi nyata, bukan sekadar hiburan yang viral di media sosial.

Lebih jauh, ia menyebut fenomena ini menunjukkan tantangan baru bagi demokrasi Indonesia. Politik gaya selebritas membuat ruang publik dipenuhi dengan pertunjukan citra, bukan substansi. Padahal, di tengah krisis kepercayaan, yang dibutuhkan rakyat adalah kepemimpinan yang rendah hati, berempati, dan fokus pada problematika bangsa.

Berita Lainnya  Jaga Kondusivitas, Forkopimda hingga Ormas di Bekasi Berbagi Makanan kepada Pengemudi Ojek Online

“Joget di sidang mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang. Namun, bagi rakyat kecil yang sedang susah, itu menjadi simbol hilangnya empati dan jauhnya jarak antara elit politik dengan kehidupan nyata di bawah,” pungkas Wahyu.

Ia juga menyerukan agar para wakil rakyat kembali meneguhkan komitmen etika dan mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya. “Politik adalah pengabdian, bukan panggung hiburan,” tandasnya.

Pewarta: RyaSKa

 

Bagikan Artikel>>

Berita Lainnya

spot_img

NASIONAL

DAERAH

REKOMENDASI

- Advertisement -spot_img

HUKUM & KRIMINAL

BIROKRASI

INVESTIGASI

ARTIKEL POPULER